Saat ini kita sering melihat beberapa pemimpin pergi meninjau sebuah daerah, baik itu daerah miskin, daerah kumuh, daerah dampak bencana, daerah yang sudah bagus, dan lain sebagainya dengan didampingi oleh para pembantu dan pengawalnya. Masyarakat sepertinya cukup kesulitan untuk menilai apakah kunjungan tersebut memang kunjungan murni yang tulus atau hanya pencitraan. Karena jika kita perhatikan biasanya para pemimpin ramai-ramai melakukan kunjungan ketika hendak pemilihan atau ketika namanya sedang jatuh karena sebuah kasus.
Namun yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khathab, salah satu sahabat terbaik Rasulullah sangat berbeda. Beliau melakukan kunjungan kerja dengan hati yang sangat tulus dan tanpa pengawalan yang ketat.
Suatu ketika jazirah Arab mengalami masa paceklik. Hujan lama tak turun, lahan pun menjadi kering, banyak ternak yang mati. Melihat kondisi tersebut khalifah Umar memerintahkan untuk menyembelih 1 ekor unta setiap harinya sementara dia sendiri beerpuasa dari makanan yang enak. Untuk melihat langsung persoalan yang dialami oleh rakyatnya, Umar tidak segan melakukan peninjauan ke kampung-kampung.
Pada suatu malam, khalifah Umar yang ditemani oleh Aslam mendatangi sebuah kampung. Saat memasuki kampung tersebut mereka berdua mendengar adanya isak tangis dari sebuah gubug. Mendengar hal itu mereka berduapun mendekati gubug tersebut untuk memastikan suara tangisan siapakah itu. setelah jaraknya sudah dekat, Umar melihat ada seorang wanita yang merebus sesuatu sementara disampingnya ada seorang anak perempuan yang menangis menunggui ibunya. Dan karena penasaran Umar pun meminta ijin kepada pemilik rumah untuk masuk ke dalam. Setelah mendapat ijin akhirnya Umar masuk ke dalam untuk beberapa saat.
Sambil terus memperhatikan si ibu yang mengaduk masakannya Umar dan Aslam pun duduk di situ. Tapi setelah mereka berdua menunggu beberapa saat, bahkan sampai anak si ibu itu sudah tertidur masakan belum matang juga. Akhirnya dengan ijin dari ibu tersebut Umar dan Aslam melihat isi panci itu. alangkah terkejutnya mereka berdua setelah mengetahui bahwa ibu itu memasak batu dan air.
Hal itu dilakukan untuk membohongi anaknya agar tidak nangis terus. Selain menunjukan masakan batunya kepada Umar, ibu tersebut juga bercerita bahwa Umar bukanlah khalifah yang bisa mengetahui kondisi rakyatnya. Mendengar ucapan ibu tersebut Aslam bermaksud akan mengingatkan si ibu tapi dilarang oleh Umar.
Melihat hal tersebut Umar segera balik ke Madinah untuk mengambil sekarung gandum. Dia panggul sendiri gandum tersebut, bahkan ketika Aslam meminta agar karung itu dipanggulnya Umar menolak karena dia takut menanggung siksa di akhirat nanti. Setelah sampai di rumah ibu itu kembali Umar pun langsung menyerahkan sekarung gandum kepada ibu tersebut.
Itulah salah satu kisah keteladanan kepemimpinan Umar. Semoga bisa dijadikan contoh.